JIKA SEMUA GUNUNG BERAPI MELETUS BERSAMAAN
Virginia - Toba, Thera, Vesivius, Tambora, Krakatau, sejarah
membuktikan, letusan gunung berapi bisa mengakibatkan malapetaka. Aliran
lava panas, bola api yang terlontar, awan abu yang menyembur ke
angkasa, juga tsunami yang timbul saat batu raksasa dari jatuh ke laut,
bahkan mampu menghapus peradaban manusia.
Lantas, apa yang bakal terjadi jika 1.500 gunung api aktif di muka
Bumi meletus bersamaan -- termasuk yang ada di lautan, yang belum semua
terungkap jumlah dan keberadaannya.
Meski setiap harinya, antara 10 sampai 20 gunung erupsi, namun, para ilmuwan mengatakan, peluang semua gunung di planet ini meletus bersamaan adalah sangat kecil, atau bahkan tidak mungkin.
Namun, apa yang terjadi jika itu sampai terjadi? Apakah ada yang bakal selamat?
Parv Sethi, ahli geologi dari Radford University, Virginia, Amerika Serikat mengatakan, bahkan jika hanya gunung di darat yang meletus bersamaan, akan memicu efek domino yang lebih buruk dari nuclear winter atau atomic winter -- ancaman potensial yang terjadi setelah ledakan senjata nuklir.
"Tak terbayang betapa buruknya situasi yang terjadi," kata Sethi, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Selasa (6/1/2014). "Aku mungkin tak akan memilih selamat, tetap hidup saat kondisi Bumi seperti itu."
Dua ancaman terbesar yang akan memicu malapetaka di Bumi datang dari abu dan gas vulkanik. Sementara, aliran piroklastik
termasuk lava hanya akan mematikan bagi makhluk hidup yang tinggal dekat gunung -- yang jumlahnya tak sebanding dengan kematian akibat perubahan iklim.
Sethi memprediksi, lapisan tebal abu vulkanik niscaya akan menyelimuti Bumi. Abu juga akan menghalangi masuknya sinar matahari secara total.
"Planet ini akan mengalami kegelapan total. Proses fotosintesis tak bakal terjadi, panen rusak, dan temperatur bakal anjlok. Abu akan bertahan di atmosfer Bumi setidaknya selama 10 tahun," kata dia.
Meski tak semua gunung menyemburkan abu saat erupsi -- seperti gunung-gunung di Hawai yang mengalirkan lava yang bergerak perlahan, namun gunung lain yang ada dalam daftar U.S. Geological Survey (USGS), termasuk gunung api super Yellowstone bakal mengubur sebagian besar AS dengan abu.
Kepunahan
Hujan asam yang turun akan mematikan semua tanaman. Asam hidroklorida yang korosif dan berbau menyengat, hidrogen flurida, hidrogen sulfida, dan sulfur dioksida bisa memicu hujan asam saat terkondensasi di atmosfer.
Pengasaman laut akan membunuh koral dan makhluk laut yang memiliki cangkang. Rantai makanan laut terganggu, ikan akan punah, begitu juga makhluk lainnya.
Para peneliti telah mendokumentasikan kaitan serupa antara pengasaman laut dan kepunahan massal di Bumi pada masa lalu dengan mega-erupsi, yakni flood basalt -- batuan basal yang menutupi area tertentu.
Misalnya, curahan lava yang tak terkendali berkaitan dengan kepunahan pada akhir Periode Permian 252 juta tahun lalu, Periode Triassic 201 juta tahun yang lalu, dan akhir periode Kapur (Cretaceous) 65 juta tahun yang lalu.
"Flood basalt dan kepunahan massal memiliki keterkaitan," kata Paul Renne, ahli geologi dari Berkeley Geochronology Center di California, yang ahli mencari tahu umur batuan.
Ledakan vulkanik yang eksplosif juga menyemburkan abu, debu, dan gas ke lapisan stratosfer Bumi. Partikel tersebut akan merefleksikan sinar matahari yang seharusnya mencapai Bumi. Dalam skala kecil saja bisa mendinginkan Bumi, meski sebentar.
Seperti yang terjadi saat erupsi Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991 -- yang menjadi salah satu letusan gunung terbesar di Abad ke-20. Akibatnya mendinginkan sebagian dunia hingga 0,4 derajat Celcius selama 2 tahun.
Meski setiap harinya, antara 10 sampai 20 gunung erupsi, namun, para ilmuwan mengatakan, peluang semua gunung di planet ini meletus bersamaan adalah sangat kecil, atau bahkan tidak mungkin.
Namun, apa yang terjadi jika itu sampai terjadi? Apakah ada yang bakal selamat?
Parv Sethi, ahli geologi dari Radford University, Virginia, Amerika Serikat mengatakan, bahkan jika hanya gunung di darat yang meletus bersamaan, akan memicu efek domino yang lebih buruk dari nuclear winter atau atomic winter -- ancaman potensial yang terjadi setelah ledakan senjata nuklir.
"Tak terbayang betapa buruknya situasi yang terjadi," kata Sethi, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Selasa (6/1/2014). "Aku mungkin tak akan memilih selamat, tetap hidup saat kondisi Bumi seperti itu."
Dua ancaman terbesar yang akan memicu malapetaka di Bumi datang dari abu dan gas vulkanik. Sementara, aliran piroklastik
termasuk lava hanya akan mematikan bagi makhluk hidup yang tinggal dekat gunung -- yang jumlahnya tak sebanding dengan kematian akibat perubahan iklim.
Sethi memprediksi, lapisan tebal abu vulkanik niscaya akan menyelimuti Bumi. Abu juga akan menghalangi masuknya sinar matahari secara total.
"Planet ini akan mengalami kegelapan total. Proses fotosintesis tak bakal terjadi, panen rusak, dan temperatur bakal anjlok. Abu akan bertahan di atmosfer Bumi setidaknya selama 10 tahun," kata dia.
Meski tak semua gunung menyemburkan abu saat erupsi -- seperti gunung-gunung di Hawai yang mengalirkan lava yang bergerak perlahan, namun gunung lain yang ada dalam daftar U.S. Geological Survey (USGS), termasuk gunung api super Yellowstone bakal mengubur sebagian besar AS dengan abu.
Kepunahan
Hujan asam yang turun akan mematikan semua tanaman. Asam hidroklorida yang korosif dan berbau menyengat, hidrogen flurida, hidrogen sulfida, dan sulfur dioksida bisa memicu hujan asam saat terkondensasi di atmosfer.
Pengasaman laut akan membunuh koral dan makhluk laut yang memiliki cangkang. Rantai makanan laut terganggu, ikan akan punah, begitu juga makhluk lainnya.
Para peneliti telah mendokumentasikan kaitan serupa antara pengasaman laut dan kepunahan massal di Bumi pada masa lalu dengan mega-erupsi, yakni flood basalt -- batuan basal yang menutupi area tertentu.
Misalnya, curahan lava yang tak terkendali berkaitan dengan kepunahan pada akhir Periode Permian 252 juta tahun lalu, Periode Triassic 201 juta tahun yang lalu, dan akhir periode Kapur (Cretaceous) 65 juta tahun yang lalu.
"Flood basalt dan kepunahan massal memiliki keterkaitan," kata Paul Renne, ahli geologi dari Berkeley Geochronology Center di California, yang ahli mencari tahu umur batuan.
Ledakan vulkanik yang eksplosif juga menyemburkan abu, debu, dan gas ke lapisan stratosfer Bumi. Partikel tersebut akan merefleksikan sinar matahari yang seharusnya mencapai Bumi. Dalam skala kecil saja bisa mendinginkan Bumi, meski sebentar.
Seperti yang terjadi saat erupsi Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991 -- yang menjadi salah satu letusan gunung terbesar di Abad ke-20. Akibatnya mendinginkan sebagian dunia hingga 0,4 derajat Celcius selama 2 tahun.
untung tidak sampai kejadian,,, yg gunung merapi pada demo
ReplyDelete