CELUP TEH TERLALU LAMA, TAK JAUH BEDA DARI RACUN SERANGGA
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh diakui berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Teh juga telah menjadi konsumsi bagi masyarakat sebagai minuman sehari - hari.
Teh dikemas dalam bentuk teh celup juga teh bubuk. Namun ada yang perlu diperhatikan pada teh celup, yaitu pemakaiannya. Teh celup sebaiknya tidak dicelupkan terlalu lama. Ini berlaku untuk semua teh, berwarna maupun teh hijau.
Ini disebabkan adanya kandungan zat klorin dalam kantong kertas teh celup. Zat ini fungsinya untuk disinfektan kertas sehingga kertas akan terbebas dari bakteri pembusuk dan tahan lama. Kertas dengan klorin tampak lebih bersih. Karena disinfektan, klorin dalam jumlah besar tentu berbahaya.
Tak jauh beda dari racun serangga. Banyak penelitian mencurigai kaitan antara asupan klorin dalam tubuh manusia dengan kemandulan pada pria, bayi lahir cacat, mental terbelakang dan kanker. Sehingga dianjurkan jangan mencelupkan teh celup dalam waktu lama.
Jika mencelup kantong teh lebih dari 3 - 5 menit, klorin akan ikut larut dalam teh. Dan banyak khasiat teh yang tertinggal dalam minuman teh. Agar terhindar dari kemungkinan - kemungkinan penyakit, sebaiknya jangan mencelup kantong teh lebih dari 3 menit.
Kasus teh celup yang merenggut korban masih simpang siur kejelasan penyebabnya. Salah seorang karyawati pabrik sosis yang turut menjadi korban teh maut itu membantah teh tersebut beracun. Ia mengaku dirinya minum teh kadaluwarsa. Berbeda dengan penjelasan Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Sanglah dr. Ida Bagus Putu Alit, Sp.F. DFM yang menyatakan korban meninggal diduga disebabkan racun (Denpost, Senin 16/11).
Kasus teh celup yang memakan korban menjadi perhatian masyarakat. Sebab, teh merupakan minuman yang dikonsumsi tiap hari. Teh juga disuguhkan sebagai minuman saat tamu bertandang. Terlepas dari kasus teh celup maut tersebut, bagaimana sebaiknya mengonsumsi teh agar bermanfaat?
Dari hasil penelitian salah seorang lulusan Teknologi Pertanian Unud Anju Aprianto Aritonang, teh mengandung antioksidan, khususnya teh hijau. Mahasiswa angkatan tahun 2006 ini khusus meneliti teh hijau celup. Kandungan antioksidannya lebih tinggi dibanding teh hitam. Teh hijau mengandung antioksidan 2-4 %. “Walaupun antioksidan hanya dibutuhkan sedikit dalam tubuh, namun fungsinya sangat penting. Antioksidan menangkal radikal bebas dalam tubuh dan ampuh mencegah tumbuhnya sel kanker. Radikal bebas dalam tubuh disebabkan polusi lingkungan dan makanan yang dikonsumsi tercemar,” kata pengajar Teknologi Pertanian Unud Ir. Luh Putu Wrasiati, M.P.
Menurutnya, teh berasal dari daun teh atau bahasa Latinnya disebut camellia sinensis. Namun, sekarang banyak juga beredar teh herbal untuk kesehatan dari akar, bunga, atau batang seperti teh benalu, rosella, dan krisan. “Aktivitas antioksidan teh herbal ini juga tinggi. Teh herbal banyak digunakan di rumah kecantikan. Antioksidan tidak saja bekerja saat diminum tetapi bekerja juga lewat kulit,” papar perempuan yang kini sedang menempuh studi program S3 Ilmu Kedokteran konsentrasi Biomedis ini.
Hal senada juga diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam Prof. Nyoman Dwi Sutanegara. Menurutnya, antioksidan merupakan bahan yang dapat menetralisir kelebihan elektron-elektron radikal bebas. Radikal bebas ini muncul pada orang tua atau pasien diabetes dan hipertensi. “Belakangan ini diketahui, radikal bebas ikut berperan dalam munculnya proses degenerasi khususnya terjadi di pembuluh darah sehingga muncul serangan jantung dan stroke,” kata Prof. Dwi. Antisipasinya, dengan memberikan obat-obatan yang melawan radikal bebas yakni antioksidan. Teh salah satunya yang mengandung antioksidan flavonoid, khususnya teh hijau. Jika dikonsumsi jangka panjang memberi pengaruh positif menangkal radikal bebas.
Menurut Guru Besar FK Unud ini, teh berasal dari tanaman, sehingga penyimpanannya harus bersih dan kering agar tidak ditumbuhi jamur. “Kalau sudah kadaluwarsa dan terkontaminasi jamur sebaiknya jangan dikonsumsi. Untuk mengetahui ada tidaknya jamur, perlu dicek ke laboratorium,” ujarnya.
Teh berjamur dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti keracunan. Muncul diare dan muntah dalam kurun waktu 1- 2 jam setelah mengonsumsinya. Perut mulas, muntah-muntah, badan meriang, dan diare akibat tubuh bereaksi menolak masuknya zat asing. Jika gejalanya sangat hebat, cairan tubuh banyak yang hilang. Komposisi tubuh anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Sebanyak 50% lebih tubuh anak mengandung cairan. “Jika cairan hilang, dapat mengakibatkan dehidrasi. Terlambat penanganan, organ tubuh bermasalah, gagal ginjal, jantung tidak berfungsi, bahkan mengakibatkan kematian,” paparnya. Kalau diduga masih tersisa racun di saluran cerna, racun harus segera dikeluarkan dengan cuci lambung atau kumbah lambung. Akibat kehilangan cairan ini, tubuh harus diinfus. Kekurangan cairan berperan besar terjadinya kematian. Sebagian besar kematian karena keracunan akibat dehidrasi.
Ia mengatakan ada racun tertentu memengaruhi sel darah merah. Wajah menjadi biru terutama di bibir, lidah, dan di telapak tangan, serta di bawah kuku. Jika keracunan makanan, dapat dipastikan dari muntah dan diare. Tubuh memiliki pertahanan sendiri dari serangan berbagai zat negatif. Lever adalah organ tubuh yang mampu memetabolisir bahan-bahan racun.“Tiap kita makan, sari makanan diserap usus dan dialirkan ke lever. Terjadi proses-proses metabolisme di lever yang mengubah makanan beracun menjadi tidak beracun. Lever berperan sebagai benteng dalam tubuh,” ujarnya. Namun, kata Prof. Dwi, kalau serangan datang terus menerus lever kewalahan. Kadang masih tersisa secara halus produk metabolisme yang belum sempat dinetralisir, tetapi sudah beredar ke seluruh tubuh. Ini sangat mematikan. Selain lever, tubuh juga memiliki seluler sebagai pertahanan yang dapat memakan bakteri.
Celup Kurang 3 Menit
Ir. Luh Putu Wrasiati menyatakan masyarakat cenderung menginginkan yang hemat dan praktis. Teh celup alternatifnya. “Daun teh dibungkus dalam kantung kertas yang berisi tali agar memudahkan untuk mencelupnya,” katanya. Umumnya, kertas dibuat dari bubur kertas yang terbuat dari kayu. Untuk membuat kertas ini menjadi putih digunakan senyawa klorin. Kertas yang berserat ini digunakan sebagai kantung teh celup. Sampai saat ini belum ada penelitian dampak kandungan klorin dalam kantung teh celup.
Namun, Wrasiati menyarankan, konsumen sebaiknya mencelupkan teh kurang dari 3 menit. Setelah itu, bandul teh dibuang. “Biasanya kita mencelup teh hanya satu menit. Lebih dari itu warnanya sudah pekat. Bagi yang biasa menaruh teh celup dalam cangkir sampai dingin, hendaknya mulai mengubah kebiasaan ini,” kata istri Anom Wijaya ini. Tujuannya, agar senyawa klorin atau senyawa lain pembuat kertas tidak ikut larut ke dalamnya. Kalau direndam terlalu lama, kantung teh dapat rusak dan beberapa zat kimia dapat ikut terlarut di dalamnya. Menurutnya, sebaiknya minum teh selagi hangat akan terasa lebih nikmat dan dapat menyegarkan tubuh serta pikiran. Ia berharap Balai POM aktif dan bergerak cepat jika ada indikasi. “Jangan bergerak setelah ada masalah,” sarannya. Pemerintah memunyai beberapa standar yang harus dikuti produsen agar menggunakan kertas yang layak untuk makanan. “Ada strandar khusus dari Departemen Kesehatan RI,” tambahnya.
Menurut Kepala Bidang Pengujian Teranokoko (terapik, narkotika, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen) Balai POM Denpasar Drs. I Wayan Eka Ratnata, Apt., pihaknya belum pernah melakukan pengujian langsung terhadap pembungkus teh celup. “Kami hanya menguji isinya,” ujarnya. Menurutnya, ika memang pembungkus teh celup terkontaminasi jamur, pasti terdeteksi dalam isinya. “Sebelum dikonsumsi, teh melalui proses penyeduhan sehingga kalau ada mikroba akan mati,” jelas Eka.
Ia mengatakan, Balai POM selalu melakukan pengujian secara rutin ke lapangan. Selama ini, kata Eka, belum pernah ditemui teh beracun atau berjamur yang dipasarkan. “Tiap produk selalu memiliki masa kaladuwarsanya. Puluhan produk teh beredar di pasaran termasuk teh herbal untuk kesehatan. Rata-rata produsen teh sudah diakui proses produksinya bagus dan layak dikonsumsi,” jelasnya. Dalam sebulan Balai POM melakukan pengecekan ke lapangan sekitar 30 kali surat tugas. “Tidak mengkhusus hanya makanan dan minuman, juga obat, obat tradisional termasuk suplemen makanan, kosmetik, dan narkotika psikotropika yang digunakan pengobatan,” paparnya. Menurut Eka, dalam setahun ada dana pengujian 4000 sampel. Pengujian makanan dan minuman tahun 2009 sekitar 1600 sampel dari dana Balai POM. Sementara dari pihak luar sekitar 500 sampel.
sumber: www.suaramedia.com
No comments